I.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan suatu Negara yang memiliki hutan tropis terluas ketiga didunia
setelah amazon dan seire. Negara Indonesia termaksud Negara yang memiliki 2
iklim sehingga Negara Indonesia ini kaya akan keanekaragaman flora dan fauna.
Disamping itu Negara Indonesia itu sendiri berada di kawasan khatulistiwa yang
membuat kondisi geologis dari Negara Indonesia ini sangat strategis untuk
dihuni beraneka ragam flora yang salah satunya adalah tumbuhan Pteriodophita. Total spesies tumbuhan paku yang diketahui hampir 10.000
(diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia). Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu
tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media
bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di
Zaman Karbon sehingga zaman itu
dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi
dari kingdom Plantae yang anggotanya mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan
nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang,dan daun.
Namun pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Tumbuhan paku sering disebut
juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang,
daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga
disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh
pengangkut yaitu xilem dan floem. Secara umum bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa
pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa
terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental
yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri
khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi
suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
Tumbuhan paku memiliki peran penting dalam ekosistem
hutan yaitu untuk membatu tumbuhan tingkat tinggi memproduksi oksigen, serasah tumbuhan paku ini dapat memfosil yang kemudian akan mengalami mineralisasi sebagai batu bara ( membutuhkan waktu yang sangat lama), dan pada
umumnya akar tumbuhan paku biasa digunakan sebagai media tumbuha dalam budidaya
angrek. Selain itu beberpa manfaat penting lainnya tumbuhan paku yang bernilai ekonomi, yang
belum banyak diketahui oleh masyarakat luas sehingga perlunya dilakukan
pengkajian lebih mendalam mengenai tumbuhan paku menggingat pentingnya tumbuhan
paku, sehingga dilakukan penulisan makalah mengenai manfaat tumbuhan yang
bernilai ekonomi.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini yaitu apa manfaat dari tumbuhan paku (Pteridophyta)
yang bernilai ekonomi bagi masyarakat?
I.3
Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini
yaitu untuk mengetahui manfaat yang diberikan dari tumbuhan paku yang bernilai
ekonomi bagi masyarakat
I.4
Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini
yaitu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari tumbuhan
paku, dan sebagai bahan pembelajaran mengenai tumbuhan paku.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Keanekaragaman Tumbuhan
Tumbuhan
paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung;
phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang
berdaun seperti bulu burung. Tumbuhan paku
merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan
berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan
tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992). Indonesia dikenal sebagai salah
satu pusat keanekaragaman hayati yang utama
di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun
kawasan ini mengandung berbagai jenis
makhluk hidup. Ditinjau dari keanekaragaman tumbuhan ditemukan 225-300 jenis
bakteri dan alga biru, 4.280-12.000 jenis jamur
(Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang (Alga), 1500 jenis lumut
(Bryophyta), 1.250-1.500 jenis paku-pakuan (Pteridophyta), 100 jenis
Gymnospermae dan 2500-30.000 jenis tumbuhan berbunga (Angiospermae) dengan
100-150 suku tumbuhan (Hasairin et al, 1997).
II.2.
Ciri-ciri Khas Tumbuhan Paku
Tumbuhan
paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya tumbuhnya dengan nyata
dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun demikian, tumbuhan paku belum
menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan Universitas Sumatera Utara tumbuhan
paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu ahli taksonomi membagi dunia
tumbuhan dalam dua kelompok yaitu Cryptogamae dan Phanerogamae (Tjitrosoepomo,
1991). Menurut Rismunandar dan Ekowati (1991), Pteridophyta disebut dengan nama
Tracheopyta yang berarti tumbuhan yang berjaringan pembuluh. Jaringan pembuluh
ini terdiri atas 2 yaitu: a. Pembuluh kayu (xylem), berfungsi mengangkut
air dan garam-garam tanah dari akar kebagian atas hingga daun. b.
Pembuluh tapis (floem), berfungsi mengangkat hasil asimilasi dari daun
keseluruh bagian organ termasuk akar.
Tumbuhan
Tracheophyta mengadakan perkawinan dengan menghasilkan spora dan dapat tumbuh
menjadi tumbuhan paku. Ciri-ciri khas dari paku-pakuan adalah: a.Membentuk sporangia yang sangat
besar jumlahnya. b.Sporangia dibentuk di bagian bawah sporofil. c.Sperma masuk
kedalam telur arkegonium dengan persaingan langsung.
II.3.
Asal Daerah Persebaran Tumbuhan Paku
Menurut
Tjitrosomo et al., (1983), Pteridophyta hidup tersebar luas dari
tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Arktika. Jumlah yang teramat
besar dijumpai di hutan-hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan subur di
daerah beriklim sedang, di hutan-hutan, padang rumput yang lembab, sepanjang
sisi jalan dan sungai. Jones dan
Luchsinger (1986) melaporkan di muka bumi ini terdapat 13.000 jenis
Pteridophyta. Di kawasan Malesiana yang terdiri dari hampir sebagian besar
kepulauan Indonesia, Philipina, Guinea, dan Australia Utara diperkirakan
terdapat 4000 jenis paku yang mayoritasnya Filicinae (Whitten dan Whitten,
1995). Menurut Loveless (1999), paku diwakili oleh kurang dari 10.000 jenis
yang hidup, tetapi karena ukurannya yang besar dan penampilannya yang khas,
tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang menonjol. Melihat cara tumbuhnya,
tumbuhan paku hidup di alam, ada yang menempel di batang pohon atau tumbuh di
tanah. Masing-masing jenis atau kelompok tumbuhan paku memiliki lingkungannya
sendiri, pada lingkungan sejuk, terlindung, terkena panas sinar matahari
langsung (Sastrapradja et al., 1985).
II.4. Ekologi
Tumbuhan Paku
Tumbuhan
paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak jarang dijumpai
paku dapat hidup di mana-mana, diantaranya di daerah lembab, di bawah pohon, di
pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan banyak yang
sifatnya menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di atas tanah. Jenis-jenis
paku epifit yang berbeda, juga akan berbeda kebutuhannya terhadap cahaya. Ada
yang menyenangi tempat terlindung dan ada sebagian pada tempat tertutup
(Wiesner (1907), Went (1940) dalam Hasar dan Kaban, (1997)). Kondisi lingkungan
di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi
hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan
demikian paku hutan memiliki kondisi hidup yang seragam dan lebih terlindung
dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi
dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang benar-benar
tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya
matahari (Holtum, 1986). Paku yang
menyenangi sinar matahari ìsun-fernî selain ada yang membentuk belukar dan ada
juga yang memanjat. Sebagian kecil
ìsun-fernî tumbuh di tempat yang benar-benar terbuka. Namun demikan
memerlukan juga lindungan dari sinar matahari. Sehingga sering ditemukan tumbuh
di antara tumbuhan lain, tidak terisolasi. Paku yang berbentuk belukar membuat sendiri
naungannya dengan cara membuat rimbunan yang terdiri dari daun-daunan (Richard,
1952).
II.5. Botani
Sistematika Tumbuhan Paku
Tumbuhan
paku dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran spora yang dihasilkan,
sifat anulus, letak sporangium, dan sorusnya pada daun. Divisi Pteridophyta
dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae dan
Filicinae.
a.
Kelas Psilophytinae (Paku purba)
Anggota paku kelas
ini telah lama punah. Oleh karena itu orang sering menyebutnya dengan nama paku purba. Contoh: Psilotum nudum
b.
Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)
Seperti halnya
kelas Psilophytinae sebagian besar anggota paku ekor kuda juga sudah banyak yang punah. Umumnya paku
ekor kuda memiliki batang berupa rhyzoma. Cabang-cabang batangnya beruas-ruas.
Pada ujung cahang batang sering ditemukan badan bulat disebut elatern. Badan
ini merupakan penghasil spora. Contoh: Equisetum
debile dan Equisetutn arvense
c.
Kelas Lycopodinae (Paku rambut atau Paku kawat)
Kelas ini dibagi
menjadi dua ordo yaitu: 1) Ordo
Selaginellales, Family :
Selaginellaceae Spesies : Selagenella weldonowi . 2) Ordo Lycopodiales, Family : Lycopodiaceae
Spesies : Lycopodium clavatum
d.
Kelas Filicinae (Paku sejati)
Paku kelompok ini paling banyak anggota
spesiesnya. Habitatnya di darat, air dan ada pula yang hidup menumpang pada
tumbuhan lain sebagai epifit. Kelas ini mencakup beberapa sub kelas, yaitu: 1) Sub kelas Eusporangiatae, Ordo : Marattiales,
Family : Marattiaceae,Spesies : Christensenia aescul. 2) Sub kelas Hydropterides Semua anggota sub
kelas ini hidup di air. Jadi, termasuk tumbuhan hidrofit. Dibagi atas dua
family, yaitu: Family : Salviniaceae , Spesies
: Salvinia natans, Family :
Marciliaceae, Spesies : Marcillea crenata.
3) Sub kelas Leptosporangiatae, Family :
Schyzaeceae, Spesies : Lygodiun
circinatum. Family: Hymenophillaceae, Spesies : Hymenophillum austrate. Family : Cyatheaccae, Spesies : Cyathea conlarninans. Family :
Gleicheinaceae, Spesies : Gleichenia
linearis (Paku resam). Family : Davalliaceae, Spesies : Dava irichoinonuies. Family :
Aspleniaceae, Spesies : Asplenium nidus (Paku
sarang burung), Family : Pteridaceae, Spesies : Adiantum peruvianum (Suplir gunung), Family : Polypodiaceae, Spesies
: Draymoglosum phaseolides (Sisik
naga), Family : Acrostichaceae, Spesies : Platycerurn
bifurcatum (Tanduk rusa) , (Tjitrosoepomo, 1991).
II.6. Distribusi
Tumbuhan Paku
Hutan
pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur dan penampilan
yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua gunung di
daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di dataran
rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi atau di
bagian yang tengah suatu jajaran pegunungan, zona itu lebih luas (Mackinnon,
2000). Namun dengan naiknya ketinggian tempat, pohon-pohon semakin pendek,
kelimpahan epifit serta tumbuhan pemanjat berubah (Anwar et al., 1984).
Umumnya
di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak daripada di dataran rendah. Ini disebabkan oleh
kelembaban yang lebih tinggi banyaknya aliran air dan adanya kabut. Banyaknya
curah hujanpun mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh (Sastrapradja et al.,
1980). Pada daerah tropis dan subtropis, tumbuhan paku-pakuan berada di
tempat-tempat yang lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai, di pegunungan, di lereng-lereng yang terjal
hingga dekat kawah gunung berapi bahkan sampai di sungai-sungai. Melihat cara
tumbuhnya, paku di alam cukup beragam, ada yang menempel di batang pohon, batu
atau tumbuh di tanah. Pada lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena
sinar matahari langsung. Masing-masing jenis atau kelompok memiliki
lingkungannya sendiri (Sastrapradja & Afriastini, 1985). Menurut Faizah
(2002), suhu udara, suhu tanah dan intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata
terhadap keanekaragaman Chaytea spp di
hutan Tongkoh kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara. Di lokasi terbuka
beberapa epifit berhasil tumbuh di tanah. Namun di hutan mereka sangat
tergantung pada inangnya, untuk tempat hidup bukan sebagai sumber makanan.
Epifit tidak membutuhkan makanan organik dari tumbuhan lain. Epifit memainkan
peranan yang penting dalam ekosistem hutan hujan sebagai habitat bagi beberapa
hewan (Richard, 1952). Menurut LIPI (1980), menyatakan bahwa paku epifit ikut
membantu dalam mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar karena mampu
beradaptasi terhadap kekeringan. Vegetasi
pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim pada ketinggian yang
berbeda-beda. Suhu menurun secara teratur sejalan dengan ketinggian yang
meningkat (Ewusie, 1990). Selanjutnya Anwar
et al., (1984), menyatakan bahwa laju penurunan suhu umumnya sekitar
0,6°C setiap penambahan ketinggian sebesar 100 m. Tetapi hal ini berbeda-beda
tergantung kepada tempat, musim, waktu, kandungan uap air dalam udara dan lain
sebagainya.
II.7. Manfaat
Tumbuhan Paku
Tumbuhan
paku banyak ragamnya. Banyak diantaranya yang mempunyai bentuk yang menarik
sehingga bagus untuk dijadikan sebagai tanaman hias. Selain sebagai tanaman
hias, paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran berupa pucuk-pucuk paku.
Dari segi obat-obatan tradisional, paku pun tidak luput dari kehidupan manusia.
Ada jenis-jenis yang daunnya dipakai untuk ramuan obat, ada pula yang
rhizomanya. Batang paku yang tumbuh baik dan yang sudah keras, diperuntukkan
untuk berbagai keperluan. Tidak jarang sebagai tiang rumah, paku dipakai untuk
pengganti kayu, batang paku diukir untuk dijadikan patung-patung yang dapat
ditempatkan di taman. Kadang-kadang dipotong-potong untuk tempat bunga,
misalnya tanaman anggrek (Sastrapradja dan Afriastini, 1979). Sejak dulu
tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh manusia terutama sebagai bahan makanan
(sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai material baku untuk
pembuatan kerajinan tangan, pupuk organik dan tumbuhan obat (Amoroso, 1990).
Nilai
ekonomi tumbuhan paku terutama terletak pada keindahannya dan sebagai tanaman
hortikultura beberapa jenis Lycopodinae yang suka panas digunakan sebagai
tanaman hias dalam pot, dan paku kawat yang merayap yang digunakan dalam
pembuatan karangan bunga, sedang sporanya kecil-kecil yang mudah terbakar
karena kandungannya akan minyak, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan
kilat panggung (Polunin, 1990).
II.8. Hutan
Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup pada
suatu tempat di mana terdapat hubungan
timbal balik dengan lingkungannya. Salah satu sumberdaya alam yang perlu
dikelola sebaik mungkin adalah hutan, sehingga dapat dimanfaatkan secara
lestari baik oleh generasi masa kini maupun masa mendatang. Hal ini mempunyai
peranan yang besar dalam kehidupan manusia, diantaranya sumber makanan, sumber
air untuk mengatur tata air serta mencegah erosi dan banjir. Di samping dapat
memberi konstribusi pada bidang pariwisata, hutan juga memberi arti yang sangat
besar di bidang pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan (Departemen
kehutanan, 1989). Hutan ditempati oleh berbagai jenis tumbuhan diantaranya
adalah paku-pakuan yang telah tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak di
daerah tropik lembab juga dipelihara secara ekstensif di kebun-kebun dan kamar
kaca karena daunnya yang sangat menarik. Kebanyakan tumbuhan paku memiliki
perawakan yang khas, hingga tidak mudah keliru dengan tumbuhan yang lain
(Loveless, 1989).
III. PEMBAHASAN
Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong
tumbuhan Cormophyta kaena sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Tumbuhan paku memiliki cara hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit,
epifit, hidup di tanah, atau di air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis
seperti lumut tetapi bebeda pada fase yang dominant. Pada tumbuhan paku fase
yang lebih dominan adalah pada fase sporofit dibandingkan dengan gametofit
sehingga tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari merupakan fase sporofit. Pada
umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga disebut sebagai
tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik, tumbuhan paku
merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, tersebar mulai dari tepi
pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di sekitar kawah
gunung berapi. Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai: lapisan
pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler
yang terdapat di dalam arkegonium, lapisan kutikula pada bagian luar tubuh, sistem
transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral
dari dalam tanah, struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan
daun, akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung
dilindungi kaliptra, batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku
tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,
daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung. Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi: daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik. Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi: Daun tropofil, daun yang khusus sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.
Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) yang
terkumpul di dalam suatu badan yang disebut sorus yang terletak di bawah
permukaan daun sporofil, berupa bintik-bintik kuning, cokelat, atau cokelat
kehitaman. Swaktu masih muda, sorus dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
indisium.
Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara
metagenesis. Reproduksi vegetatif dengan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh
tumbuhan paku. Jadi, tumbuhan paku merupakan tumbuhan dalam fase sporofit (penghasil
spora). Reproduksi generatif terjadi melalui peleburan antara spermatozoid dan
ovum yang dihasilkan oleh protalium. Jadi, protalium yang berbentuk talus
merupakan fase gametofit (penghasil gamet).
Pemanfaatan tumbuhan paku dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Subdivisi PsilopsidaSubdivisi Psilopsida merupakan jenis tumbuhan paku sederhana dan hanya memiliki dua genus yang hidup tersebar luas di daerah tropik dan subtropik. Termasuk tumbuhan paku homospora dan sudah hampir punah. Pada generasi sporofit, jenis tumbuhan paku ini mempunyai ranting yang bercabang-cabang dan tidak memiliki akar dan daun. Sebagai pengganti akar, jenis tumbuhan paku ini memiliki akar yang diselubungi rambut-rambut kecil yang disebut rizoid dan belum memiliki jaringan pengangkut. Contohnya adalah Psilotum nudum.
2. Subdivisi Lycopsida
Disebut juga sebagai paku kawat atau paku rambut. Anggota kelompok
ini memiliki daun kecil-kecil dan tidak bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk
paku yang hterspora. Hidup sebagai epifit di daerah tropis. Contohnya adalah
Lycopodium cernuum (paku kawat) dan Selaginella (paku rane). Contoh-contoh
paku kawat:
Lycopodium cernuum: digunakan sebagai hiasan dalam
karangan bunga. Dan Lycopodium clavatum: sporanya menghasilkan bahan-bahan
untuk membalut pil dan batangnya merupakan bahan obat-obatan
3. Subdivisi Sphenopsida
Dikenal sebagai paku ekor kuda dengan sporofit yang cukup
mencolok. Gametofitnya berkembang dari spora berukuran sangat kecil, dapat
berfotosintesis serta hidup secara bebas. Spora haploid dihasilkan di dalam
sporangium secara meiosis. Sphenopsida termasuk paku peralihan. Umumnya
memiliki batang bercabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti selaput halus,
tunggal dan tersusun melingkar. Batangnya berwarna hijau yang mengandung
klorofil untuk fotosintesis. Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor
kuda).
Paku ekor kuda tumbuh di tempat-tempat basah yang letaknya agak tinggi dari permukaan air. Batangnya mengandung zat kersik dan abunya dapat dijadikan bahan penggosok. Batang paku ekor kuda juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Paku ekor kuda tumbuh di tempat-tempat basah yang letaknya agak tinggi dari permukaan air. Batangnya mengandung zat kersik dan abunya dapat dijadikan bahan penggosok. Batang paku ekor kuda juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Secara umum tumbuhan paku ini
biasa dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Jenis tumbuhan paku yang dapat
dimanfaatkan yaitu semanggi (Marsilea crenata) dimakan sebagai sayur,
paku rane (Selaginella plana) sebagai obat untuk menyembuhkan luka, Paku
sawah (Azolla pinnata) sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah, suplir
(Adiantum cuneatum) dan paku rusa (Platycerium bifurcatum)
sebagai tanaman hias.
4. Subdivisi Pteropsida
Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari.
Banyak ditemukan di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih
besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam
yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang
tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daunnya
yang masih muda menggulung pada ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil.
Contohnya adalah Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan
Asplenium nidus (paku sarang kuda). Jenis-jenis paku ini sering digunakan
sebagai tanaman hias.
Tumbuhan paku memiliki beberapa nilai ekonomis
bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai Tanaman hias, contohnya suplir dan
paku ekor kuda, untuk sayuran, misalnya semanggi dan beberapa jenis daun
tumbuhan paku yang masih muda, bahan obat-obatan, misalnya paku kawat, sebagai
pupuk hijau, mislanya Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae
(ganggang hijau-biru) dapat mengikat nitrogen bebas dari udara.
IV. PENUTUP
IV.1 Simpulan
Dari hasil
pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu manfaat dari tanaman paku ini
masi sangat kurang yang diketahui secara pasti, adapun manfaat yang telah
diketahui dari sebahagian kecil tumbuhan paku yaitu tanaman paku biasa
digunakan sebagai bahan obat, tanaman hias dan sayur.
IV.2 Saran
Mengingat akan
banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga penulis mengharapkan
kritik dan sarannya untuk penyempurnaan dalam penulisan dan penyusunan makalah
ini.