Rabu, 14 Desember 2011

Aneka Alga, reproduksi seksual dan aseksual , habitat dan fungsinya

-->
I.     Clorophyta
Chlorophyceae(Ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang sel-selnya bersifat eukariotin (materi inti dibungkus oleh membran inti), pigmen korofil terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah Karoten dan Xantofil.
Alga ini merupakan kelompok alga terbesar dan yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan b yang sama dalam proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil tetapi dilaporkan terdapat di beberapa prasinophyceae; √ U-karoten, dan berbagai karakteristik xanthophylls. Hasil asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam kloroplas, kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari chlorophyceae memiliki nilai gizi sangat tinggi dibandingkan dengan jenis jasad lainnya. Ukuran tubuhnya mikroskopis, bentuk bulat, serta berkembangbiak dengan pembelahan sel, di dalam sel chlorella masih memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar.
Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”.
Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan).
Beberapa anggota atau bagian yang bergabung dalam devisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan kloroplas. Menurut Levavaseur (1989), menyatakan bahwa pigmen-pigmen fotosintesis alga hijau berklarofil a dan b dan mengandung siphonaxanthin atau lutein. Dan tempat penyimpanan cadangan makanan biasanya berupa pati

a.  KLASIFIKASI

Chlorophyta (Alga Hijau)
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Halimedales
Genus : Caulerpa
Species : Caulepra racesmosa

b.  CIRI-CIRI UMUM CHLOROPHYTA

1. HABITAT
Chrysophyta biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau tanah – tanah yang basah , ada pula yang hidup di tempat – tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Yang bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales
Chlorophyta yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan air hujan, sungai atau selokan. Alga hijau juga ditemukan dilingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan dan kulit batang pohon yang lembab (protococcus dan trentepotia. Beberapa anggotanya hidup di air yang mengapung atau melayang. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.
1.      SUSUNAN TUBUH
Struktur tubuh bervariasi baik dalam ukuran, bentuk maupun susunanya. Untuk mencakup sejumlah besar variasi tersebut, maka alga hijau dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Sel tunggal (uniseluler) dan motil (ex:Chlamydomonas)
Srl tunggal uniseluler dan non motil (ex:Chlorella)
Sel senobium (koloni yanh mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap)
Koloni tak baraturan (ex:tetraspora)
Filamen (ada yang bercabang dan tidak bercabang)
Heterotrikus (filamen barcabang bentuknya terbagi menjadi prostate dan erect)
Foliaceus atau parenkimatis (filamen yang pembelahan sel vegetatif terjadi lebih dari satu bidang.
Tubular (talus yang memiliki banyak inti tanpa sekat melintang)

     3. SUSUNAN SEL
a. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas 2 lapisan, lapisan dalam yang tersusun atas selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel caulerpales mengandung xylan atau mannan. Banyak jenis chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi.
b. Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantifil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel ( parietal,ex: ulotrix atau ditengah lumen sel ( axial,ex:muogotia). Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada siponoles zygnemales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Bentuk kloroplas sangat berfariasi. Faroasi bentuk kloroplas adalah sebagai berikut:

· Bentuk mangkuk ( ex:Clamydomonas)
· Bentuk sabuk ( ex:Ulotrix)
· Bentuk cakram ( ex:Chara)
· Bentuk anyaman (ex:Oedogonium)
· Bentuk spiral (ex:Spyrogyra)
· Bentuk bintang (ex:Zygnema)
· Bentuk lembaran
Amilum dari chlorophceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, tersusun sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Sering kali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut pirenoid. Tetapi beberapa jenis tidak mempinyai pirenoid merupaka golongan chlorophyceae yang tinggi tingkatannya. Jumblah pirenoid umumnya dalam tiap sel tertentu da[pat digunakan sebagai bukti taksonomi.

c. Inti
Chlorophyceae mempunyai inti seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu diselubungi oleh membrane inti dan terdapat nukleus serta kromstin. Inti umumya tunggal, tetapi jenis anggotayang tergolong dalam bangsa shiponales memiliki inti lebih dari satu.

d. Cadangan makanan
Cadangan makanan pada chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu berupa amilum, tersusun oleh amilosa (rantai glukosa tidak bercabang) dan amilopektin (rantai glukosa yang bercabang). Sering sekali amilum ditemukan dalam granula bersama dengan protein dalam plastida disebut pirenoid. Tetapi beberapa jenis tidak memiliki pirenoid yaitu pada golongan chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya, tirenoid dapat digunakan sebagai bukti taksonomi.

e. Fototaksis dan bentuk mata

Pada chlorophyta terdapat dua tipe pergerakan fototaksis, yaitu
Pergerakan dengan flagella
Pada umunya sel alga hijau baik sel vegetatife maupun sel generatife ditemukan adanya alat gerak. Flagella pada kelas chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon) kecuali pada bangsa oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagella dihubungkan dengan struktur yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blepharoplas. Tiap flagella terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat dua singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9+2. Flagella tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.
Pergerakan dengan sekresi lender
Dalam monografi tentang desmid, ditunjukkan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan kedepan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.

f. Flagella

Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagella pada kelas chorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki type stefanokon. Flagella dihubumgkan dengan struktur sel yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blephoroplas. Granula tersebut masing-masing dihubungkan oleh benang yang letaknya melintang disebut paradesmosa. Risoplas merupakan benang tegak dan lurus menghubungkan salah satu dari granula (blepharoplas) dengan struktur intranuklear dari inti disebut sentrosom.

g. Perkembangbiakan
Perkembangbiakan secara seksual banyak dijumpai yaitu, isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yag berkecambah atau pada waktu pembentukan spora dan gamet. Daur hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe diplohaplotik.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menunjukkan ke arah anisogami, pada tipe anisogami masing-masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama, sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing-masing jenis telah menunjukkan perbedaan baik jenis maupun ukurannya.
Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan peleburan spora, oleh karena itu disebut perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus yang disebut sporangia. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang sesuai, umumnya dengan ujung anterior, flagella dilepaskan dan terbentuk dinding. Selama proses ini alga mensekresikan lendir yang berfungsi untuk mempertahankan diri.

Macam-macam perkembangbiakan pada alga hijau, yaitu:

1. Secara vegetatif
Secara vegetatif perkembangbiakan dilakukan dengan cara fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel, serta pembentukan sporik yaitu dengan membentuk:
Aplanospora, yaitu spora yang tidak dapat bergerak, contoh: chlamydomonas
Planospora, yaitu spora yang dapat bergerak
-Autospora yang berasal dari aplanospora, contoh: chlorella, chlamydomonas.
-Autokoloni yang berasal dari aplanospora, contoh: scenedesmus, pediastrum, dan crucigenia.

2. Secara aseksual
secara aseksual: yaitu dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora, dan konjugasi.
Konjugasi, yaitu sel protoplas tumbuhan I ke tumbuhan II. Contoh: spyrogira.
Prosesnya, filament saling mendekat kemudian sama-sama membentuk tonjolan kecil, selanjutnya membentuk papilla, kemudian ke dua dinding papilla melebur hingga membentuk saluran, dilanjutkan dengan gamet jantan masuk ke sel betina melalui saluran itu.
Konjugasi ada 3 yaitu:
1.      Konjugasi bentuk tangga (skalariform), yaitu pertemuan 2 protoplas di saluran konjugasi. Contoh: spyrogira
2.      Konjugasi bentuk lateral, yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang saling berlekatan yang berasal dari satu filament. Contoh: zygnema
3.      Konjugasi silang yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang tanpa saluran konjugasi. Contoh: mougeotia dan zygnema
Secara seksual
secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.
Isogami yaitu: gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan betina). Contoh: gonium, ulva.
Anisogami : gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama). Contoh: codium, bryopsis.
Oogami yaitu jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif (gametangium oogonium, dan gametangium spermatid). Contoh: volvox dan oedogonium
Berdasarkan sel gamet, perkembangbiakan dibedakan menjadi: Heterotalik, yaitu perkembangbiakan yang berasal dari dua talus yang berbeda. Contoh: spyrogira.
Homotalik, yaitu perkembangbiakan yang berasal dari satu talus. Contoh: zygnema
Menurut smith (1955) kelas chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu: volvocales, tetrasporales, schizogonales, chlorococales, ulotrichales, oedogonales, ulvales, shiponales, shiponocladales, dan zignematales. Sedangkan menurut mattox dan stewart (1984), membagi chlorophyta dalam 5 kelas yaitu: mikromonadophyceae, charophyceae, ulvophyceae, pleurastrophyceae, dan chlorophyceae.
http://www.uic.edu/classes/bios/bios100/summer2003/chloro_life.jpg

Klas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 9 bangsa, yaitu:
1.      Volvocales, sel-sel flagellate dan berkoloni, dinding sel glikoprotein
Tetrasporales, aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagellta non motil, sel-sel dengan vacuoles contractile, tubuh basal dan bentuk mata, dinding glikoprotein.
2.      Chlorococcales, sel-sel non motil, aggregasi dan berkolon, sel-selnya tanpa vakuola kontraktil, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk pada tahap reproduksi saja.
Ulotrichales, filament talus dengan uninukleat sel
3.      Ulvales, parenkim sel. Oedogoniales, filament-filamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel-sel uninukleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran stephanokontous zoospore dan sperma.
4.      Cladoporales, alga multiseluler dengan sel-sel multinukleat, filament atau sacsate thali.
5.      Caulerpales, sel berkomposisi dengan talus, siphonaxantin, dinding selulosa, mannans atau xylan.
6.      Dasicladales, talus sel tunggal dengan simetri radial, gamet terbentuk pada sebuah cyst, dinding mennans

Clorophyta juga bervariasi dalam sejarah kehidupan mereka. Ada tiga dasar susunan yang bergantung ketika terjadi miosis. Pada keadaan yang primitif, sel vegetatif adalah haploid dan zigot yang satu adalah bentuk tingkatan yang tidak aktif dalam merespon pada kondisi yang menegangkan. Miosis terjadi ketika zigot berkecambah. Tipe kedua dalam sejarah kehidupan yaitu terjadinya pergantian generasi, sebagai gantinya zigot mengalami miosis, ini dibagi mitotacally, dalam sebuah bentuk diploid talus, miosis terjadi selama formasi berdaya membiakkan sel. Hasil spora membeian peningkatan pada haploid talus, jadi ada pergantian antara perbedaan fase haploid dan diploid vegetatif. Kedua fase mungkin mirip dalam rupa dan dapat dibedakan hanya dengan kepastian jumlah kromosom atau tipe daya membiakkan sel dibentuk. Dalam hal ini generasi adalah isomorphic. Dalam pergantian generasi heteromorphic, fase haploid dan diploid jelas beda dalam rupa. Akhirnya tipe ketiga dalam sejarah kehidupan adalah sedikit ganggang hijau. Ini mula-mulanya dari pergantian generasi dengan perubahan miosis pada waktu formasi gamet. Zigot dihasilkan dari peleburan memperkembangkan gamet pada sebuah diploid talus yang baru. Gamet adalah satu-satunya sel haploid.





MACAM-MACAM CHLOROPHYTA

1.      Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
Chlamidomonas. Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloroplas. Pada kloroplas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma (bintik mata) dan pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung
2.      Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
Hydrodictyon. Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar dan koloninya berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi. Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru. Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
3.      Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
Volvox. Volvox ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500 sampai 5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.
4.      Chlorophyta berbentuk benang
Spyrogyra. Ganggang ini didapatkan di sekitar kita yaitu di perairan. Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi.
Oedogonium. Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air tawar dan melekat di dasar perairan. Reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang berflagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut Oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu
5.      Chlorophyta berbentuk lembaran
Ulva. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti lembaran daun. Berkembangbiak secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid
Chara. Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat anteridium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi
http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/2152/chara1.jpghttp://kentsimmons.uwinnipeg.ca/2152/chara.JPGhttp://kentsimmons.uwinnipeg.ca/2152/chara4.jpg
http://www.shigen.nig.ac.jp/algae_tree/ChlorophytaIMG.jpg
1:
Ulva (Ulvophyceae, Hok-85). 2: Chlorella (Trebouxiophyceae, NIES-642). 3: Pediastrum (Chlorophyceae, NIES-211). 4: Codium (Ulvophyceae, KU-654). 5: Pterosperma (Pyramimonadales, NIES-626). 6: Chlamydomonas (Chlorophyceae, NIES-438).


PERANAN CHLOROPHYTA
Cholophyta mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
Produsen dari ekosistem air
Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorella (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E)
13 12 2009
http://ekawiguna.files.wordpress.com/2009/12/121309_1026_chlorellasp1.jpg?w=510Menurut Vashista (1979) dalam Rostini (2007) Chlorella termasuk dalam:
Filum        : Chlorophyta
Kelas         : Chlorophyceae
Ordo         : Chloroccocales
Famili        : Chlorelllaceae
Genus         : Chlorella
Spesies     : Chlorella sp.
Sel Chlorella berbentuk bulat, hidup soliter, berukuran 2-8 µm. Dalam sel Chlorella mengandung 50% protein, lemak serta vitamin A, B, D, E dan K, disamping banyak terdapat pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses fotosintesis.
Chlorella tumbuh pada salinitas 225 ppt. Alga tumbuh dengan lambat pada salinitas 15 ppm, dan hampir tidak tumbuh pada salinitas 0 ppm dan 60 ppm. Chlorella tumbuh baik pada suhu 20°C , tetapi tumbuh lambat pada suhu 32°C. Tumbuh sangat baik pada suhu 20°-23° C. Pertumbuhan Chlorella sp dapat diukur dengan cara mengamati dan menghitung perkembangan jumlah sel dari waktu ke waktu.
Antara dkk., (2008) menumbuhkan Chlorella sp dengan menggunakaan medium walne untuk mngetahui terjadinya perubahaan nutrisi dan kondisi sel dari Chlorella sp selama masa penyimpanan. Dapat diketahui bahwa pada penyimpanaan biomasa Chlorella dalam bentuk pasta selama 4 minggu, masih terdapat sel hidup sebanyak 46 %. Penurunan sel yang hidup diikuti dengan penurunan isi sel selama penyimpanan. Kadar protein pasta mikroalga dan juga mikroalga kering tidak mengalami perubahan yang nyata selam penyimpanan, namun kandungan β-karoten mengalami penurunandemikian pula kapasitas antioksidannya.
Chlorella termasuk cepat berkembang biak, mengandung gizi yang cukup tinggi yaitu protein 42,2 %, lemak kasar 15,3 %, nitogen dalam bentuk ekstrak, kadar air 5,7 % dan serat 0,4 %. Chlorella juga menghasilkan suatu antibiotik yang disebut Chlorellin yang dapat melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Vashista, 1979 dalam Rostini, 2007).
Sutoma (2005) melaporkan bahwa Chlorella sp memiliki laju pertumbuhan spesifik k = 0,6486 dan mencapai puncak kepadatan pada hari ke-10 dan hari ke-16. Laju pertumbuhan tertinggi dicapai oleh perlakuan dengan kepadatan awal terendah dan diikuti dengan kepadata awal yang lebih tinggi.
Komposisi dari asam lemak marine Chlorella sp yang dikulturkan pada 15 ppt salinitas, menunjukkan jumlah asam C18:3n-3, C18:2n-6, C16:0, C18:1n-9 dalam skala medium sampai tinggi, ini mirip dengan komposisi asam lemak yang terdapat pada Chlorella sp yang hidup pada air tawar. Pada penelitian ini juga diketemukan kalau kandungan High Unsaturated Fatty acids (HUFAs) pada Chlorella sp sangat kecil (Pratoomyot, 2005)
Top of Form
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie-Brrij-4Oe-NH6UUrbif0qksVtBRbwfQf0xDorYnbl2y0mUbe5xgKK4af8zfGqHXsa415MnhPCdK09dCa0XwdDaxCpaFH9gX-ZkYvgG_7z8ia39mIUfDYz3Wogclj2oNK3uR04OH3sWp/s320/chlorophyta+ganggang+ijo.bmp
CHLOROPHYTA
Ciri-ciri
  1. Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
  2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.
  3. Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat, pita, spiral dsb.
  4. Sel berinti sejati (eukaryotik) , satu atau lebih.
  5. Dinding sel mengandung selulose dan berlendir sehingga lingkungan jadi licin.
  6. Banyak terdapat di danau, kolam ada juga yang hidup di laut (90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut) Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah dan Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.
  7. Bentuk talus/struktur vegetatif
    1. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
    2. uniseluler nonmotil/kokoid / bulat : Chlorella sp.
    3. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp
    4. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
    5. palmeloid: Tetraspora sp.
    6. dendroid: Prasinocladus sp.
    7. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
    8. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
    9. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
    10. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
    11. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
    12. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha
    13. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
  1. secara vegetatif: dengan fragmentasi talusnya
  2. secara aseksual: dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora.
  3. secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.
  1. Volovocales
  2. Tetrasporales
  3. Ulothrichales
  4. Ulvales
  5. Schizogoniales (Prasiolales)
  6. Cladophorales
  7. Oedogoniales
  8. Zygnematales
  9. Chlorococcales
  10. Siphonales
  11. Dasycladales
  12. Siphonocladales.
Chlorella
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMM3h3FsM0fZcaeT90ai68NbHQtbiVVoaBan3KahEu7OKfR44pbjCzIocweY7uGzdRfNsVEdc5gDgDvVB0lA_90W63DBkIWBU6f4uFLApKKGm45eOwLDT5bwnQ28Q5WIXnBp9cJAYwmsm3/s320/chlorella.bmp

  • Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar.
  • Ukuran tubuh mikroskopis, bersel satu
  • bentuk tubuhnya bulat
  • Mempunyai khloroplast untuk fotosintesis dan kloroplastnya menyerupai mangkuk atau lonceng
  • berkembangbiak dengan pembelahan sel, tiap sel membentuk 4 sel anakan
  • Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium sebagai SCP(Single Cell Protein)atau Protein Sel Tunggal untuk penyedia protein masa depan
  • Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan)

Chlorococcum
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVvOEpNEgaGWKlpqxNjKdI7WRAaKE71WGG3iLBW6mhyeQv_hD6KW9jsxyhr-vmXrttNHsS8eCjTmUkdc6XBcra2khwFTuE2dX_Lo_A67Et7kqhoGMF6nnp46cOfwVI_oLWo0C1yI_BnddB/s320/chroococum+chlorophyta.bmp
  • Tubuh bersel satu,
  • tempat hidup air tawar,
  • bentuk bulat telur,
  • setiap sel memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk.
  • Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual)

Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
Chlamidomonas
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPruKsaVf-hgwdIpHBKWHanf3J_LQp1GCNaK-RXY7_uiLQKPIifXlaIIydYEBLI9FkhWTmyGsndcj616UGRBOLZI7wTn_jJ1dkNNnng_Oy5zwy47fXeWK-ldxPHATESKpXXw0bB8JXk5BB/s320/chlamidomonas.bmp
  • Bentuk sel bulat telur
  • memiliki 2 flagel sebagai alat gerak
  • terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloroplas.
  • Pada kloroplas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma (bintik mata)
  • terdapat pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung.
  • Reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi

Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
Contoh: Hydrodictyon
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWrLlUlSgum81wKpvpnkZ5rJXdC-9X9kaGWOLeY0O6jlJU0SBCkHNr29zadyk_napXEkGV2ZSat4YIgHTHeB3RomEIfUN0iw0g11WSrdxe0ZQb6J2WNkR65yLj2yEL4ehc_B8KpeVtWhIF/s320/hydrodiction+chlorophyta.bmp
  • Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar
  • Koloninya berbentuk seperti jala.
  • Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
  • Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi.
  • Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru.
  • Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
Contoh: Volvox
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYs2hfnxdkql8vgMQe9X0MZjcYKmemtj4WMOdLTeHX_9i9tioB01DLwfClfAkAFmCGYW-BiaH-fnZFovQJcNW0VldRcCiErKssVYmPxFvF6Grc-BujOW00n4I8fR2iKIjy5-lCFDDCvMvy/s320/volvox+globator+chlorophyta.bmp
  • Volvox ditemukan di air tawar
  • Koloni berbentuk bola jumlah antara 500 - 5000 buah
  • Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata
  • Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.
Chlorophyta berbentuk benang
Contoh: Spyrogyra dengan konjugasi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPQI3DDVdbUQWaA2o1UVJaAWlgDmI0N97j7WTa1W7bCUtL0ovYTnXeMQRylSPYMjSe75u7V-2lWq9MOcD_kFFCE8jqM73tpY4h4b6jzZKtVVvky4MX97AJsJNpMcSc41augukxCpiudGiX/s320/spirogyra-chlorophyta.bmp
  • Ganggang ini didapatkan di sekitar kita yaitu di perairan, di kolam, sawah atau perairan yang airnya tidak deras,
  • Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru
  • Bentuk tubuh seperti benang, silindris dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti.
Jadi langkah Konjugasi Spirogyra itu sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzp-0L0XzK7JVyjxoJiQgjw1mLMwa2FqM1Bcw8RhC4_93uDiKtk0LuwUzs3UTl-5n9PYIhSXqysVXm2s0luaUpktiqgqpFI9AwdWiLIT_56KftL4gx9-oBtLKnaG8VN3lTink-TZCSgDs/s320/konjugasi+spirogyra.bmp
  • Dua benang saling berdekatan,
  • sel yang berdekatan saling membentuk tonjolan.
  • Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi.
  • Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain.
  • Kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami
  • segera diikuti oleh peleburan inti yang disebut kariogami.
  • Hasil peleburan membentuk zigospora diploid.
  • Zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai berkembang menjadi benang Spirogyra baru yang haploid.
Oedogonium
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGvkpHiDIXn5ogrz34j6vp13d0DXTSGVqQoeTpqCwbNbxEufd2BdGkc7j8oWRmw9j4cz03GMApNGuSC0Yt2WpKr6We31IhKr3CmVlUph3vOe3jlReYk-wlM6tcM4h5Sk25uPw9Cx_ulk9w/s320/oedogonium.bmp
  • Ganggang ini berbentuk benang
  • ditemukan di air tawar dan melekat di dasar perairan
  • Reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang berflagela banyak.
  • Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid).
  • Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut Oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu.
Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh: Ulva
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKvt9Fsnh0dy25O69eW8C4YAqqnn2mYpAYdfDXvmShbSXDStIZQf3NDutTjPpnQViAd7OStsILv5jcH7k11Mv8FKTjKj677AJ4MqZw72F1jNMzceWLwseJaosYf2G88wSOSgOVDWnj42VV/s320/ulva+chlorophyta.bmp
  • Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar perairan
  • bentuk seperti lembaran daun. sering disebut dengan selada air dan dapat dimakan
  • Berkembangbiak secara vegetatif dengan menghasilkan spora
  • Spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid. (perhatikan gambar di bawah):
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkKzwwPq1kbAnXOvsFsb9RZBRa1-RfP1GuJf43HgkuRZRxskdJXmd4HbGIQsb-oSLCNs2bMUcBBsFIlkvjvKEDe2siiog8khvkR9Ic8WVFzs91lp4snYkVmQRefoCO4EJ0VHycVz0TEuw/s320/Siklus+Hidup+Algae+jenis+Selada+laut+Ulva.jpg

Chara
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeu7PBHmw1DTJElCwr1xcAah6wtQHED7kCSL6d2CfsH8YWVSqVTvvxw-KilITCVtCndzMsih-iCiluevrU_OQRBWS8bLmXQmBDV34ZwzSTGLEXyk-H4x5fAThGS196_nOqceNqTpiYlnbT/s320/chara-+chlorophyta.bmp
  • Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan.
  • Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil.
  • Pada ruasnya terdapat nukula dan globula.
  • Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum.
  • Di dalam globula terdapat anteridium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel.
  • Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.















II.            Rhadophyta
5000-6000 jenis alga merah, diklasifikasikan dalam divisi Rhodophyta. Alga merah yang berada di daerah beriklim tropis dan perairan laut di dekat pantai memiliki nilai ekonomi dan ekologi penting. Porphyra dan beberapa spesies lain yang berbudaya untuk digunakan sebagai makanan manusia. Budidaya atau panen dari populasi Porphyra yang bernilai untuk menghasilkan sulfat polygalactan yang berada dalam matriks ekstraselular Porphyra merupakan salah satu industri penting. Polygalactans ini diekstraksi dan dimurnikan seperti agar-agar, agarosa, dan carrageenans, dan banyak digunakan untuk laboratorium kultur sel-media, asam nukleat penelitian, atau pengolahan makanan.
Kalsifikasi "corallines" seperti Lithothamnion dan Porolithon memiliki peran utama dalam ekologi terumbu karang. Corallines yang berada di puncak karang dianggap sebagai batu kunci organisme, merupakan spesies yang menurun, dapat menyebabkan keruntuhan struktur berskala besar, yaitu kehilangan seluruh koloni. Bukti fosil menunjukkan bahwa alga merah telah memainkan peran penting ini selama 500 juta tahun.
Karbonat dari alga merah yang dipanen di beberapa daerah di dunia digunakan sebagai kondisioner tanah, dan beberapa ahli ekologi telah menyatakan keprihatinan mengenai efek penghapusan mereka dari siklus karbon global. Dampak potensial lainnya ekosistem alga merah produksi meliputi halogenasi senyawa volatil yang mungkin mempengaruhi tingkat ozon, dan emisi DMS, yang mudah menguap yang mengandung senyawa belerang yang memberikan kontribusi untuk pembentukan asam curah hujan dan juga memiliki efek iklim.
Cyanidophytes adalah alga merah uniseluler yang dapat tumbuh di mata air panas asam, yang bertentangan dengan semua bentuk kehidupan eukariotik. Alga merah berlimpah dan banyak spesies berada perairan tropis hangat dan subtropis. Beberapa alga merah yang umumnya terkait dengan luas hutan bakau di daerah tropis dan subtropis daerah pesisir di seluruh dunia. Alga merah juga umum di sepanjang pantai beriklim sedang dan garis boreal, sementara yang lain mampu bertahan hidup di Kutub Utara dan perairan Antartika di mana mereka berada dalam jarak dua meter tertutup oleh es laut selama sepuluh bulan dalam setahun. Walaupun kebanyakan alga merah agak toleran terhadap perubahan salinitas, pertumbuhuhan terbaik ialah di air laut normal, beberapa pertumbuhan terbaik berada disalinitas yang rendah. Ada sekitar 150 jenis alga merah air tawar, jauh lebih banyak daripada jumlah air tawar alga coklat. Bangia adalah alga merah yang hidup di perairan Laurentian Great Lakes di Amerika Utara dalam dekade terakhir.
Beberapa alga merah dikenal dapat menghasilkan terhalogenasi terpenoid dan senyawa sekunder lainnya yang dapat berfungsi untuk menghambat herbivora atau memiliki sifat antimikroba. Setidaknya beberapa senyawa ini dapat terbukti bermanfaat sebagai pharmaceuticals. Berbeda dengan sebagian besar kelas alga lainnya, dalam kelompok Rhodophyta hanya ada sedikit, jika ada maka contohnya ialah pembentuk gangguan pertumbuhan atau produksi racun berbahaya bagi manusia. Namun, asam domoic telah diidentifikasi dari beberapa alga merah dan keracunan oleh kerang telah identifikasi sebagai Jania sp. Pada kasus keracunan terakhir, sebenarnya racun bisa diproduksi oleh bakteri terisolasi dari Jania. Dalam kasus lain yang menyatakan alga merah beracun, kemungkinan disebabkan epiphytic dinoflagellata.
Pigmen alga merah
Kebanyakan alga merah yang berwarna merah muda di dalam warna merah mengandung plastida dalam jumlah besar sehingga warna merah dari pigmen phycoerythrin mengaburkan klorofil a. Rhodophyta air tawar sering berwarna biru-hijau, karena mengandung plastida dominan yang dapat menyerap phycocyanin dari cahaya merah. Rhodophyta yang tumbuh di habitat yang sangat iradiasi atas garis pantai laut dapat berwarna kuning, ungu, cokelat, atau hitam karena kehadiran sel-sel dalam jumlah besar dari berbagai jenis karotenoid fotoprotektif. Karotenoid alga merah meliputi  dan (3-karoten, lutein, zeaxanthin, antherixanthin, dan violaxanthin). Ketika keberadaan karotenoid berlimpah, rhodophyta mungkin sulit dibedakan oleh pemula dari alga yang lain, terutama rumput laut cokelat.
Fitur Khas lainnya dari Alga Merah
Primer Chloroplasts
Kloroplas alga merah yang khas berasal dari sianobakteri akibat endosymbiosis primer, dan karena kurangnya periplastidal retikulum endoplasma, lebih dari dua amplop membran, atau bukti lain sekunder berasal dari eukariota (seperti yang diamati dalam ochrophytes, haptophytes, dinoflagellates, cryptomonads, dan euglenoids). Molekuler dan ultrastructural bukti-bukti menunjukkan bahwa plastida dari cryptomonads, haptophytes, dan berasal ochrophytes oleh endosymbi berhubung dgn telinga sekunder penggabungan sel alga merah. Tidak seperti plastida alga hijau, alga merah yang tidak pernah mengandung pati. Sebaliknya, butir dari cabang berbeda glucan, yang dikenal sebagai floridean pati, terjadi di sitoplasma. Noda produk penyimpanan ini hanya sedikit di atas pengobatan yodium, berbeda dengan yang mendalam noda biru ungu pati dari alga hijau.
Tidak adanya Sentriol dan flagella; Kehadiran Sejarah Kehidupan Triphasic
Alga merah memiliki keunikan di antara eukariota karena tidak memiliki sentriol dan flagela dari sel vegetatif, spora, dan gamet. Sebaliknya, sebagian besar menunjukkan filum eukariotik lain sentriol dan flagela dalam beberapa tahap kehidupan (walaupun paralel sentriol dan tidak adanya flagela juga karakteristik dari Zygomycetes, Basidiomycetes, dan di dalam Kerajaan Ascomycetes Fungi). Tidak adanya flagela diperkirakan memiliki efek mendalam evolusi reproduksi alga merah, mengarah pada keunikan dan perkembangan sejarah keberadaan kehidupan multiselular memiliki tiga fase. Sebaliknya, maksimal dua fase terjadi pada alga multiseluler lain dan lahan tanaman. Asal usul kehidupan yang unik dari sejarah tahap ketiga sudah dianggap sebagai evolusi kompensasi atas kehilangan flagela, yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan reproduksi di bawah ini kendala. Akibatnya, alga merah telah diusulkan untuk menjadi sistem model berguna untuk mempelajari sejarah evolusi kehidupan.

Pit Plugs, Fusi sel-sel, dan Kehidupan Parasit
Fusi non-sel gamet, biasanya terjadi di antara alga merah yang lebih tinggi, adalah fitur yang agak jarang antara lain alga. Fusi sel-sel dapat difasilitasi oleh fakta bahwa alga merah ekstraselular matriks (dinding sel) tidak terlalu kaku dibandingkan dengan banyak alga lain. Fusi sel, yang berada di bawah tingkat tinggi perkembangan kontrol, memungkinkan alga merah jenis sel yang berbeda untuk berkomunikasi secara langsung, karena inti dan informasi sitoplasma digabungkan. Fusi sel adalah bagian integral dari morfogenesis dalam berbagai alga merah, dan juga merupakan elemen penting dalam evolusi kompleks interaksi antara sel-sel hidup yang berbeda tahap sejarah, fitur luar biasa lain yang menjadi ciri kebanyakan alga merah. Fusi sel juga terlibat dalam perbaikan talus yang rusak dan telah kritis dalam evolusi rhodophyta yang benar-benar (atau hampir jadi) parasit pada alga merah lain. Meskipun bentuk-bentuk parasit terjadi di beberapa kelompok alga lainnya (misalnya, beberapa dinoflagellates parasit metazoa dan beberapa ulvophycean alga hijau tropis parasit pada berbagai tanaman berbunga), tidak dalam kelompok lain fotosintetik parasitisme protista telah menjadi begitu luas dan sukses sebagai sebuah gaya hidup di antara rhodophyta.
Struktur Talus
Pada awanya Rhodophyta terbentuk sebagai unicells, koloni, filamen, atau lembaran sel biasanya tidak terdapat lubang fusi dan diferensiasi selular dalam fase vegetatif. Struktur yang lebih kompleks diperoleh pada alga merah yang tersusun sederhana, meskipun seringkali tersusun sangat bercabang, filamen, atau terdiri dari sekumpulan filamen yang dikenal sebagai pseudoparenkim. Alga merah kurangnya plasmodesmata, dan belum ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa lubang fusi berfungsi sebagai jalur untuk komunikasi sitoplasma. Dengan demikian organisasi parenchymatous dengan integrasi selular analog dengan beberapa kelompok lain dari alga multiseluler dan tanaman, tidak ada dari alga merah. Beberapa otoritas berpendapat bahwa bentuk-bentuk yang berlainan awal multisel seperti Porphyra dan Bangia, serta beberapa kelompok alga merah yang lebih maju diklasifikasikan dalam Delesseriaceae (Ceramiales), adalah parenchymatous.
Komitmen untuk produksi gametangia baik jantan dan betina dari sel-sel apikal relatif awal dalam evolusi alga merah yang dianggap oleh beberapa pihak telah menjadi peristiwa penting yang terbatas kemungkinan pertumbuhan, mencegah alga merah dari parenkim yang berkembang. Meskipun Filamen rhodophyta mungkin menyatu untuk membentuk makroskopik berdinding talus, beberapa mencapai 2 m lebar dan menunjukkan talus dan diferensiasi selular, bahkan yang terbesar dan paling kompleks dari alga merah tidak mendekati ukuran maksimum atau kompleksitas inenal yang ditunjukkan oleh kelps atau lahan tanaman. Meskipun demikian, alga merah telah mencapai keragaman yang menakjubkan dengan memvariasikan jenis talus dengan cara di mana mereka mengembangkan talus berserabut. Di antara kelompok autotrophs, rhodophyta adalah juara pada evolusi efektif menggunakan filamen bercabang pada diversifikasi morfologis.

Reproduksi
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
  • Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.
  • Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.


Macam-macam aplanospora yang terjadi pada Rhodophyta

1. Monospora berasal dari sporangium yang menghasilkan satu spora
2. Bispora berasal dari sporangium yang menghasilkan dua spora
3. Tetraspora berasal dari sporangium yang menghasilkan empat spora
4. Polispora berasal dari sporangium yang menghasilkan banyak spora
5. Spora netral ialah spora yang tidak dibentuk dalam sporangium, melainkan terjadi dari perubahan sel vegetatif.
Sporofit
Karposporofit berupa filamen-filamen yang tidak terlepas dari gametofitnya
Karposporanya disebutkan melalui aliran air dan tumbuh menjadi tetrasporafit yang berupa satu thallus yang bebs.

Klasifikasi

Berdasarkan perbedaan fase pergiliran keturunannya, bentuk dan struktur thallusnya serta kandungan zat istimewa, dibagi beberapa bangsa/ordo:

1. Bangsa Gelidiales (gelidius = menyejukkan)
- Daur hidup berfasa tiga
- Banyak mengandung zat bahan agar-agar (floridean)
- Warna kehijauan
- Contoh: Gelidium
2. Bangsa Nemastomiales / Gigartinales
- Daur hidup berfasa dua
- Banyak mengandung zat pektin, disamping zat floridean.
- Contoh:
a. Chondrus
- Thallus pipih
- Percabangan dikotom pendek
- Elastis seperti tulang rawan
- Warna merah keunguan
b. Gracillaria
- Thallus silindris
- Bercabang dikotom yang langsing
3. Bangsa Cryptonemiales / Torallinales
- Thallus berbuku-buku, bercabang dikotom rapat, bentuk silindris yang mudah patah
- Banyak mengandung zat kapur (coral)
- Warna merah keunguan dank an berwarna putih bila kering / terkena sinar matahari
- Contoh: Corallina


4. Bangsa Ceramiales
- Daur hidup berfasa tiga
- Tubuh silindris langsing dengan percabangan dikotom panjang
- Warna coklat
- Contoh: Ceramium
5. Bangsa Rhodymeniales
- Thallus tebal memipih
- Percabangan menyirip ke salah satu sisi
- Berwarna hijau
- Banyak mengandung agar-agar
- Contoh: Rhodymenia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn45AQiw42ct1y2N0YGBNyWKmXPbKXx2cy66-hDVvtqZZH1G2dyf-CgsSGaHl7xOO3Vw455DbTkUYVCj_kWSy7H5iZrj2QmYYbXvf3iVUpL_lE8f6nQt4lawPiYvFgfhCTJxNdYvIhvP-H/s320/22_14B.gif
http://www.faktailmiah.com/wp-content/uploads/2010/09/lignin-pada-ganggang-merah.jpghttp://www.faktailmiah.com/wp-content/uploads/2010/09/leptofauchea-coralligena.jpg
III.        Phaeophyta
Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil.

Habitat
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit.

Pigmen
Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin, flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat pada chrysophyta.
Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyta di bagi dalam 3 golongan, yaitu:
a) Golongan Isogeneratae
Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh: Ectocarpus